CITRA: Identitas Budaya Bangsa
S’NENAN: Komunitas Planet Senen Jakarta
Membahasakan sejarah peradaban manusia melalui media kesenian, dalam hal pertunjukan musikalisasi puisi, tentulah akan terasa lembut dan menyentuh. Komunikasi ini akan jauh berbeda denagn kegiatan seremonial biasa yang sering dilakukan selama ini. Wacana yang tercipta akan lebih cepat mengalir serta terserap ke ruang-ruang di dasar jiwa manusia.
MANUSIAWI
maaf, kepala
sering kebentur
jadi
lupa
jalan pulang
sering kebentur
jadi
lupa
jalan pulang
KoSmIk/2006
KARENA KAYA
hoi...
malaikat, jin, setan, iblis,
pocong, kuntilanak,
kuntil bapak
siampa, bigau
datanglah
silahkan bertegur sapa
negeri ini
rawan rencana
musang berbulu ayam
malaikat, jin, setan, iblis,
pocong, kuntilanak,
kuntil bapak
siampa, bigau
datanglah
silahkan bertegur sapa
negeri ini
rawan rencana
musang berbulu ayam
KoP’S/04/2008
LOKAL
tak usah
ragu-ragu
reggae
aja
ragu-ragu
reggae
aja
megamendung, 09/01/09
CINTA
cincin
salah pasang
!
salah pasang
!
TIM, 2007
PASAR
ayo, ayolah…
copet mendapat
lowbatt
ketinggalan!
copet mendapat
lowbatt
ketinggalan!
LHU, 2006
SALAM
tengkiu
ailapyu
betmen
poreper
ailapyu
betmen
poreper
25/06/05
DIRI
kalau resah
pulanglah!
pulanglah!
25/06/05
PEPATAH
kalau
ada ranting yang
patah
kuncup
puisi kan jadi
buah
ada ranting yang
patah
kuncup
puisi kan jadi
buah
2004
PESAN
jangan
terlalu jauh
hilang diri
dekat
pun
masih ada
resah
terlalu jauh
hilang diri
dekat
pun
masih ada
resah
02/10/04
JINGGA
sore menangkup
cahaya
lintasan demi lintasan
mengabur
waktu
berkejaran
gelap menikam terang
butir makna
kandungannya
cahaya
lintasan demi lintasan
mengabur
waktu
berkejaran
gelap menikam terang
butir makna
kandungannya
18/05/03
LARUT
ditikamnya lagi malam
tak sepercik darah
di jemari
di
hati
entah…?
tak sepercik darah
di jemari
di
hati
entah…?
TIM, agust’02
K-BA
ini sajak
tak sembarang
alunan bansi
tikaman jejak
kitab
hidup
ragam hikayat
cermin hakikat
di lariknya
tak sembarang
alunan bansi
tikaman jejak
kitab
hidup
ragam hikayat
cermin hakikat
di lariknya
27/06/05
TITIK
Malah puisi pun
bukan
aku
yang
punya!
Aku pun Do’i
bukan
aku
yang
punya!
Aku pun Do’i
LHU, 14/07/05
DO’A
sebagaimana
telah
kau adakan
sesuatu yang pantas ada
maka
tuntunlah jiwaku
sesuai
kehendak-Mu
amin
telah
kau adakan
sesuatu yang pantas ada
maka
tuntunlah jiwaku
sesuai
kehendak-Mu
amin
(Juli 2003)
KEPADA GUS TF (Brewok, Ode & Media)
ini malam
aku belajar batuk
:prakepulangan
untuk
pulang
yang sesungguh
Nya!
aku belajar batuk
:prakepulangan
untuk
pulang
yang sesungguh
Nya!
28/06/05
RANTAU
malam kian tua
sepi isian lorong jiwa
kenangan perjalanan
membunga
dan
tumbuh
bertangkai-tangkai
petik nada di tulusmu
biar jemari
berbuah makna
sepi isian lorong jiwa
kenangan perjalanan
membunga
dan
tumbuh
bertangkai-tangkai
petik nada di tulusmu
biar jemari
berbuah makna
2005
SURAT RINDU
malam meninggal
resah menjalar sudah
sampaikan
surat
ke jantung sukma
resah menjalar sudah
sampaikan
surat
ke jantung sukma
KomTim’03
ARSIP
kesepian apalagi
yang kau titipkan
kemungkinan apalagi
mencipta rindu
dan
mati!
yang kau titipkan
kemungkinan apalagi
mencipta rindu
dan
mati!
02/10/02
SMS
kalau bukan karena jarak
semayamkan bintang
di ujung raih
tak rindu
bentangi dada..
semayamkan bintang
di ujung raih
tak rindu
bentangi dada..
Menteng31, 2003
INDONESIA ¾
kura-kura dalam perahu
kura-kura ikut berlayar
ditikamnya lambung
kapal
:sebuah sajak
buat COLOMBUS
yess!
kalau ditindik pusatnya
patent
X-lah
kura-kura ikut berlayar
ditikamnya lambung
kapal
:sebuah sajak
buat COLOMBUS
yess!
kalau ditindik pusatnya
patent
X-lah
(2005)
TEMPO
jangan tergesa
banyak
yang tertinggal
banyak
yang tertinggal
(Mei, 2005)
BUTTING (Bukan Bunting)
ctrl
alt
del
!
alt
del
!
(2005)
BOSAN
kesal dan rindu berceceran
sepanjang malam
dan melati
hanyalah parfum impian
di taman kehidupan
sepanjang malam
dan melati
hanyalah parfum impian
di taman kehidupan
TIM, 10/06/04
PEMIMPI
terlalu banyak
yang di tangan
tak
satu pun
dalam
genggaman
yang di tangan
tak
satu pun
dalam
genggaman
26/06/05
SANGKAR DAGING; Gus tf
puisi
rahim bumi
dan
langit!
rahim bumi
dan
langit!
13/07/05
KEPADA CHAIRIL ANWAR
hidup kenikmatan!
empedu di telapak
meletup
ujung jari
tikaman darah
awas
jangan sampai percik
di gaun
beribu perempuan
empedu di telapak
meletup
ujung jari
tikaman darah
awas
jangan sampai percik
di gaun
beribu perempuan
Menteng31, 06/04/03
PAREWA-PAKARENA
jangan ribut
ini kapal siap tempur
kabut, karang dan
cuaca
tumpah di geladak
akulah nakhoda
batin Mahagala
ini kapal siap tempur
kabut, karang dan
cuaca
tumpah di geladak
akulah nakhoda
batin Mahagala
Menteng31, 06/04/03
HIJRAH
maka berangkat
kesunyian itu menuju sunyi
berikutnya
di rongga kehidupan
embun rimbun, bintang
muncul
dan pagi
mengantarkan
berkuntum-kuntum puisi
kesunyian itu menuju sunyi
berikutnya
di rongga kehidupan
embun rimbun, bintang
muncul
dan pagi
mengantarkan
berkuntum-kuntum puisi
21/06/04
INDONESIA
hentikan
belajar
bernafas
hidup!
:bumi dan langit
merestui
belajar
bernafas
hidup!
:bumi dan langit
merestui
Kembang IX, 24/07/05
KASIH
sentuhlah tirai nadi
yang kuisyaratkan
biar wangi keringatmu
kutimba
sehabis-habis pagi
sehabis lelah
membunuh sepi
yang kuisyaratkan
biar wangi keringatmu
kutimba
sehabis-habis pagi
sehabis lelah
membunuh sepi
02/06/03
INDAU
bagai kehidupan
kenikmatan bertabur tanda
risau bumi menerjemahkan
langit-langit dunia
yang enggan bertegur-sapa
tersebab kalbu
tak menerima
mawar api yang tertukar
19/05/03
kenikmatan bertabur tanda
risau bumi menerjemahkan
langit-langit dunia
yang enggan bertegur-sapa
tersebab kalbu
tak menerima
mawar api yang tertukar
19/05/03
KEPADA LUBIS
Ketika politik berbalik
bintang
cerlang
revolusi bubur!
13/07/05
bintang
cerlang
revolusi bubur!
13/07/05
RITUAL
yuk,
tulis maut dalam hidup
untuk pulang
mencinta…
Dia abadikan
masadepan
26/06/06
tulis maut dalam hidup
untuk pulang
mencinta…
Dia abadikan
masadepan
26/06/06
LAMUN
meski
berhadapan
dan malah
bersentuhan
tapi
matamu, lain!
31/08/03
berhadapan
dan malah
bersentuhan
tapi
matamu, lain!
31/08/03
KAUSAL
di Bandung yang badung
itulah
rindu berkaca
pisah
dan pisah
lengkapi rindu
itulah
rindu berkaca
pisah
dan pisah
lengkapi rindu
2003
KEARIFAN
resah
berhamburan
siapa pun
merajutnya
jadi intan
Menteng31,
2003
siapa pun
merajutnya
jadi intan
Menteng31,
2003
CIKAGO (Cikini, Kalipasir, Gondangdia)
awas!
tak laporan polisi, Lu
tak tangkap Lu, ya…
anak-anak berhamburan
“Hidup Negeriku!”
X-Pasir, 16/10/04
tak laporan polisi, Lu
tak tangkap Lu, ya…
anak-anak berhamburan
“Hidup Negeriku!”
X-Pasir, 16/10/04
IDIOM
den lakak ‘ang siko
sori kece’ang beko…
“di mana ada kemauan
di situ ada jalan!”
25/06/05
sori kece’ang beko…
“di mana ada kemauan
di situ ada jalan!”
25/06/05
GELORA
asmara apalagi
yang lebih menggila
dari ujud percintaan
rindu gebubu
pada Zat
pencipta gelora
itu
sendiri!
31/08/03
dari ujud percintaan
rindu gebubu
pada Zat
pencipta gelora
itu
sendiri!
31/08/03
K-CUNK
ganja tinggal finishing
cak, bahasa apalagi?
hanya 1/3 lintingan
kehidupan
semua mabuk
hitung-menghitung
untung
jual-beli
tanah kuburan
Menteng31
28/03/03
cak, bahasa apalagi?
hanya 1/3 lintingan
kehidupan
semua mabuk
hitung-menghitung
untung
jual-beli
tanah kuburan
Menteng31
28/03/03
BUNDA
meski beragam bunga
tumbuh, mekar dan wangi
takkan mampu
menandingi rasa
di jiwanya
karena taman yang abadi
juga memelihara
kumbang-kumbang
di altar Nurani
Medan, 07/01
DUNIA
kalau tak hidup
pancarkan bintang
dalam impian
tak mati aliri duka
ke lembah
dan
sungai
airmata…
X-pasir, 16/10/03
pancarkan bintang
dalam impian
tak mati aliri duka
ke lembah
dan
sungai
airmata…
X-pasir, 16/10/03
SAYANG
sayang, kalau kau tau
nikmatnya cinta
takkan hati bertukar kasih
padanya
berjuta sungai mengaliri
jantung
kehidupan
02/06/03
nikmatnya cinta
takkan hati bertukar kasih
padanya
berjuta sungai mengaliri
jantung
kehidupan
02/06/03
ISTRI
setangkai mawar putih
tebari wangi jantung
hidup kian lengkap
di taman
masadepan
doa-doa
macam air surga
menyiram dan membelainya
07/09/2003
HAYO
lakak!
agiah taruang
25/06/05
BUNGA TANJUNG
sampai kapan pun
tetap kubisikkan
di relung sukmamu
gumpalan puisi kehidupan
bahwa di pelukmu
yang teduh
bermekaran bunga tanjung
penuh wangi kasih-sayang
kenikmatan
hidup
dari yang Maha-segala
tetap kubisikkan
di relung sukmamu
gumpalan puisi kehidupan
bahwa di pelukmu
yang teduh
bermekaran bunga tanjung
penuh wangi kasih-sayang
kenikmatan
hidup
dari yang Maha-segala
11/08/03
SIKAP
jadi apa pun
kuterima
aku yakin
itu berarti
22/01/05
kuterima
aku yakin
itu berarti
22/01/05
KLIP
sepenyayang Isa
seberani Daud, secerdas Sulaiman,
searif Ibrahim,
selengkap Muhammad
atau
setampan Yusuf
aku hanya kilau…
27/06/05
seberani Daud, secerdas Sulaiman,
searif Ibrahim,
selengkap Muhammad
atau
setampan Yusuf
aku hanya kilau…
27/06/05
DEMI
demi keagungan langit
dan kekacauan bumi
kuwarnai matahari
bulan dan bintang-bintang
dengan
samudera kata-kata
menenggelamkan benua-benua
dan pulau-pulau
menghidupkan semesta
TIM, 2003
dan kekacauan bumi
kuwarnai matahari
bulan dan bintang-bintang
dengan
samudera kata-kata
menenggelamkan benua-benua
dan pulau-pulau
menghidupkan semesta
TIM, 2003
AKU
aku bintang
berkelip di angkara
menyinari
semua jiwa…
2005
berkelip di angkara
menyinari
semua jiwa…
2005
RoHmAnTik KREDO
“Bila proses penciptaan puisi
sampai pada pucuk-Nya
niscaya akan berbuah Petuah, Tamsil-ibarat,
Ungkapan,
Pepatah, Petatah-petitih…
atau
PATAH
dan
PITIH!
sampai pada pucuk-Nya
niscaya akan berbuah Petuah, Tamsil-ibarat,
Ungkapan,
Pepatah, Petatah-petitih…
atau
PATAH
dan
PITIH!
(IrmanSyah/2005)
‘Kekaisaran’ Seni Senen Hidup Kembali
Kawasan Senen, Jakarta Pusat, pernah menjadi ‘kekaisaran’ seni di Jakarta. Dari sana lahir seniman besar dari Harmoko, Gerson Pyok, Misbach Yusack Biran, Tati Malyati, Wahyu Sihombing, Soekarno M Noor, Mardali Syarif. Muslim Taher hingga Toga Tambunan.
‘Kekaisaran’ itu dicoba dihidupkan lagi oleh Komunitas Seniman Senen bekerjasama dengan Dewan Kesenian Jakarta dengan menggelar pentas seni bertajuk Lampion Sastra Planet, Senin (28/7) malam. Acara yang digelar di pelataran depan gelanggang olahraga dan stasiun kereta api itu didukung Pos Kota dan Harian Terbit.
Selain menampilkan puisi karya seniman Planet Senen, Irman Syah, Widodo, Imam Ma’arif, Arumdono,
Revitalisasi Panet Senen sebagai Markas Seniman
Komunitas Planet Senen (KoP’S) akan mengenang kepergian Chairil Anwar tanggal 28 April 1949 di Rumah Sakit CBZ (Rs. Cipto Mangunkusumo sekarang) dalam usia 26 tahun, 9 bulan dan 11hari itu, di Tugu Tekad Merdeka Planet Senen dan Karet dengan cara sederhana dan apa adanya..
Untuk mengenang Chairil Anwar, KoP’S menyiapkan acara pembacaan biografi singkat Chairil Anwar (Endo Senggono), pembacaan puisi dan musikalisasi Puisi karya Chairil serta Orasi Budaya IrmanSyah yang bertajuk “Planet Senen dan Chairil Anwar”, serta baca puisi oleh penyair-penyair Jakarta seperti Ahmadun Yossi Herfanda,Viddy AD Daery, Budhy Setyawan, Sihar Ramses Simatupang, Rara Gendis,Miranda Putri, Slamet Rahardjo Rais, Anya Rompas, Imam Ma’arif dan banyak lagi, pada 28 April 2008, bertempat di Kuburan Karet dan Planet Senen, dekat Pasar Senen, Jakarta Pusat.
Sastra, Planet Senen, dan Potret Buram Bangsa
Oleh: Ahmadun Yosi Herfanda (Wartawan Republika)
Irman Syah, Agus R. Sasrjono, dan Helvi Tiana Rosa
Meski bergerak ke arah perbaikan, negeri ini masih banyak menyisakan potret buram. Dan, itulah yang disorot oleh sastrawan Taufiq Ismail pada orasi sastranya dalam acara Nongkrong Sastra dan Musik Merdeka di plasa Gelanggang Remaja Jakarta Pusat, di Planet Senen, Jumat, 29 Agustus 2008, yang lalu.
“Sesudah enam puluh tiga tahun merdeka, apabila kita berharap akan keadilan, masih bisakah saudaraku menemukan keadilan di Indonesia hari ini, setelah pincang, tersaruk digebrak krisis, dihantam bencana, dan kehabisan angka kita menghitungnya,” katanya.Ungkapan Taufiq itu tentu bukan untuk membuat kita pesimis, tapi menyadarkan kita betapa masih banyaknya pekerjaan yang harus kita selesaikan untuk mengisi kemerdekaan, betapa masih banyak tugas para pemimpin bangsa untuk membawa negeri ini ke arah kemajuan, keadilan dan kemakmuran.
Sastra Urban dan Problem Manusia Urban
Oleh: Irman Syah*)
Awalnya, saya beranggapan sastrawan adalah seorang linguis yang cermat. Sebab, merekalah yang mampu menguraikan pikiran ke dalam analisis bunyi, sintaksis, dan pragmatis.Sastrawan juga dibebani tanggung jawab sosial dan sejarah yang tidak ringan. Sebab, melalui karya dan totalitas kediriannya, sastrawan adalah arsitektur kemanusiaan.
Awalnya, saya beranggapan sastrawan adalah seorang linguis yang cermat. Sebab, merekalah yang mampu menguraikan pikiran ke dalam analisis bunyi, sintaksis, dan pragmatis.Sastrawan juga dibebani tanggung jawab sosial dan sejarah yang tidak ringan. Sebab, melalui karya dan totalitas kediriannya, sastrawan adalah arsitektur kemanusiaan.
Namun, sejarah yang kusut, yang ditu]is hanya untuk mengukuhkan kaum terhormat dari kalangan penguasa, telah membuat bahasa hanya sebagai 'rumah' bagi sastrawan rumah yang menyimpan kisah pertikaian dan dendam kesumat yang tidak berkesudahan. Perjalanan kesusastraan kita memperlihatkan kenyataan semacam itu. Balai Pustaka, Pujangga Baru, Angkatan 45, Angkatan 66, dan angkatan sesudahnya seperti mata rantai generasi dengan warisan 'dendam tak berkesudahan', dengan konsekuensi tiadanya satu pun yang tuntas dan rampung.
SAMPAI KAPAN PUN
Tetap kubisikkan di relung sukmamu
Gumpalan puisi
Kehidupan
Bahwa di pelukmu yang teduh
Bermekaran bunga tanjung
Penuh wangi kasih sayang
Kenikmatan hidup dari yang MahaSegala
Agustus, 2003
Gumpalan puisi
Kehidupan
Bahwa di pelukmu yang teduh
Bermekaran bunga tanjung
Penuh wangi kasih sayang
Kenikmatan hidup dari yang MahaSegala
Agustus, 2003
Irman yah: Ketika Ex-Patriat Membaca Puisi
Entah sudah berapa ribu atau ratusan ribu kali puisi ‘Aku’-nya Chairil Anwar dibacakan di panggung, sekolah atau pesantren, bahkan menjadi materi iklan rokok di televisi. Tapi saat di acara Sastra Reboan #7, yang seperti biasa berlangsung di Warung Apresiasi (Wapres), Bulungan, Jakarta 29/10 ketika seorang lelaki berkulit putih menyebut akan membacakan puisi itu, segera pecah tepuk tangan pengunjung.
Komunitas Planet Senen Kenang Chairil Anwar
Laporan: Wartawan Kompas Yurnaldi
JAKARTA, MINGGU - Komunitas Planet Senen (KoP'S) akan menggelar pembacaan dan musikalisasi puisi karya Chairil Anwar untuk mengenang penyair terkemuka Indonesia tersebut, Senin (28/4) di Gelanggang Planet Senen, Jalan Stasiun Senen, Jakarta Pusat.
SASTRA INDONESIA:“SEBUAH SAMPIRAN TANPA ISI, FRASE TANYA TAK KUNJUNG JAWAB..”
Prolog
Awalnya, saya beranggapan Sastrawan adalah seorang linguis yang cermat. Sebab, merekalah (segelintir manusia) yang mampu menguraikan pikiran dan pendapat manusia ke dalam analisis bunyi (fonem dan morfem), sintaksis, dan pragmatis. Selain itu, sastrawan juga dibebani oleh tanggung jawab sosial dan sejarah yang sungguh tidak ringan. Sebab, sebagaimana diyakini selama ini, sastrawan-melalui karya dan totalitas kediriannya--adalah sesosok “arsitektur kemanusiaan”.
Pendapat di atas, saya ketengahkan untuk dijadikan patokan dalam upaya memahami posisi dan peran historis sesosok “sastrawan” (dengan S capital). Bagaimana mereka menjalani hidup, menjadi bagian dari hidup—“hidup” dan “manusia”: manusia dengan segala kemanusiaannya, hidup dengan segala kehidupannya—sekaligus melalui karyanya mereka menjadi “arsitek” atas hidup dan manusia itu sendiri.