IRMAN SYAH: Tjiptaning, Melakukan Perlawanan dengan Puisi

Seharusnya ku mampu menegakkan wajah di hadapan orang-orang ini,/tapi moral ku tak cukup kuat bertopeng, bahwa wajah-wajah ini/tidak sedang mengemis. Mereka sedang menggugat haknya.//Antri panjang di tengah terik yang menyengat, menjadi tugas tambahan/dari para perempuan yang tak lagi muda ini. Saatku berada dalam nyaman/gedung ber-ac, mungkin aku tak selalu ingat bahwa kini para perempuan/miskin ini, bertambah satu kewajibannya; antri!//Tak hanya minyak, beras dan mie instan, kini singkong pun mereka rebut.

Bait-bait puisi itu, begitu dekat dan akrab dengan potret masyarakat Indonesia dewasa ini. Akan tetapi, di tangan Ketua Komisi IX DPR-RI, Ribka Tjiptaning Proletariyati, puisi itu menjadi perlawanannya. "Ucapanku adalah Perlawananku!" kata Tjiptaning., yang juga sekaligus menjadi judul buku kumpulan puisi "Ucapanku adalah Perlawananku!" yang diluncurkan, Minggu (1/6) malam di Warung Daun, Cikini Raya, Jakarta Pusat.
spacer