Memilih kebudayaan sebagai acuan
program tentulah sebuah pokok pangkal dalam pemahaman nilai-nilai kehidupan.
Kegiatan ini akan menjadi penting bagi masyarakat dan perlu diprioritaskan
karena di dalamnya terkandung dokumentasi tatanan, perilaku, adab, serta
capaian rohani kehidupan manusia. Bukankah kebudayaan adalah karya nyata dari
usaha ‘cipta’ melalui ‘rasa’ dan ‘karsa’ manusia itu sendiri. Dengan demikian,
mewujudlah nilai-nilai itu sebagai aturan yang merekat komunikasi antar sesama
manusia.
Taman ini kian sesak saja oleh pedagang yang lalu lalang. Mereka mengitari
taman dari ujung sampai ke pangkal, dari hilir hingga mudik, dari atas sampai
ke bawah, dari sabang ke merouke, dari kenyataan sampai impian: semua telah lenyah
diinjak kaki, semua telah usang untuk diceritakan, tinggal manusianya saja kini
yang kian rapuh, kian terpuruk dalam kenyataan menyakitkan. Ini tersebab juga
oleh keluarga sendiri yang memakan dari dalam, korupsi menari di sana-sini.
Jadi berita seantero negeri.
bagaimana, kalau saat ini tiba-tiba saja seseorang datang dan menghadiahkan padamu sebentuk cincin dan memasangkannya denyut apakah di jantung jarimu.. bagaimana, kalau itu benar-benar ada seseorang datang dan langsung mencium bibirmu, apa yang tergetar dalam dirimu samakah dengan gentar yang kaumiliki? bagaimana, kalau malam-malam berikutnya dia selalu datang memasangkan cincin di jari manismu untuk kemudian mengecupmu berkali-kali dan itu bukan mimpi? 1995
“Sebuah media adalah sebatang sungai; sepokok
pohon atau sebatang tubuh yang menghadirkan kejujuran bahasa sebagai prilaku..”
Oleh
Irman Syah
Perjalanan hidup manusia adalah keajaiban tak bertara. Tidak ada seorang pun yang
bisa menentukan secara tepat perihal hidup dan kematian. Hanya tanda-tanda yang
dapat membantu serta menuntun tafsir dalam perkiraan: makanya, untuk memahami
sejarahmanusia semestinyalah diawali
terlebih dahuludengan memahami
seluk-beluk kehidupan manusia secara sadar dansungguh-sungguhmengenai hakikat
atas hidup dan kematian.
"Satu dunia,
satu bangsa, bangsa manusia". Sebuah peristiwa yang diniatkan atas rasa cinta
dan kedamaian dalam tatanan kehidupan, nilai dan harkat kemanusiaan kini telah
tercipta antara polisi dan masyarakat kota Bekasi di Bulan-bulan, tepatnya di
Jl. H. Djuanda Bekasi, bertempat di pelataran Monumen Peningalan Jepang yang
terletak di pinggir Kali Bekasi yang dulunya memang terkenal melalui peristiwa
sejarahnya itu, pada Rabu (6/3) malam. Acara yang desebut dengan Kongkow Polisi
dengan masyarakat itu berlangsung meriah dan penuh keakraban.
Aku cinta kota patriot/ kota santri sejak dulu kala/
Jembatan kali Bekasi.. / jadi saksi nan abadi/:
Kota sarat perjuangan
Aku rela ke medan juang/ mempertahankan baghasasi/
Merah putih tetap berkibar / di tapal batas Bekasi..
Jarang-jarang memang sebuah kota memiliki lagu tersendiri
tentang kotanya. Apalagi sebuah lagu dengan teks yang kuat dan memiliki daya
ikat tersendiri dengan suasana alam serta kondisi sejarah yang dimilikinya. Inilah
Bekasi. Kota lain belum tentu, kalau pun ada, kebanyakanhanya memiliki lagu tentang keindahan alam
dan objek wisata yang dimilikinya dan itu pun jarang mempunyai kekuatan dengan
konteks sejarahnya. Tentu saja hal ini merupakan salah satu pemilikan yang
patut dibanggakan.
Meski pun kota Bekasi yang dulunya hanyalah sebuah kecamatan
dari Kabupaten Bekasi, tapi dengan perkembangannya yang sangat pesat akhirnya
ditingkatkan statusnya menjadi Kota Administratif pada tahun 1982 dan kemudian
Kotamadya pada tahun 1996. Artinya di usianya yang telah 16th kota
ini semakin bercelak dengan perkembangannya. Bahkan pula menjadi bahan
ceritadari kabar media massa yang
selalu meliputnya. Beragam persoalan baik sisi positif atau pun negatif pun
dimunculkannya secara nasional.
Atas nama cinta, warga Bekasi tetap setia mencintai kotanya. Mereka
mendendangkan lagu ‘Aku Cinta Kota Bekasi’ karya Ali Roy (alm) dengan Ane
Matahari itu di berbagai tempat dan Event. Lagu ini pun menjadi sesuatu yang
popular dan mampu mengangkat kecintaan masyarakatnya akan kota ini dan juga penghargaan akan sejarah yang dimilikinya. Tak
dapat dibayangkan ketika lagu yang dipopularkan oleh Grup MLK Akustik dengan
Vokalis Jaka Persija Sampai Mati dan kawan-kawannya ini yang notabene pengamen
cilik lampu merah itu di berbagai tempat selalu mendapat sambutan plus dari
penontonya. Begitu pula tanggapan akan lagu ini di Youtube:
Ada dua cara pandang yang bisa ditilik untuk melihat kekuatan
dan kandungan karya yang dihasilkan dua tokoh musik yang setia membina
kawan-kawan KPJ (Kelompok Penyanyi Jalanan) ini. Keduanya sangat berarti dan
juga bisa sebagai masukan bagi pemerintah kota Bekasi.
Pertama, Ali Roy (Alm) dan Ane Matahari yang telah
membuktikan rasa cintanya kepada warga kota terutama anak-anak yang terdampar
di jalanan yang kadang tidak bisa diketahui lagi tentang siapa orang tua
mereka. Kecintaan ini pun mereka buktikan dengan jalan edukasi kreatif, semacam
pendidikan kehidupan melalui sini musik sambil mengarahkan mereka pada hal yang
positif. Dengan begitu, keterlibatan anak-anak jalanan cilik untuk melakukan
hal yang tak pantas menjadi lebih berkurang. Kebiasaan jelek itu antara lain
kebiasaan mengisap lem Aibon dan lain sebagainya: karena yang demikian itu akan
membuat mereka tumbuh menjadi generasi sakit.
Kedua, lagu ini mampu menjadi citraan yang kuat terhadap kota
Bekasi dengan kandungan semangat atau spirit patriotik yang dimilikinya.
Kenyataan sejarah dari pendahulu negeri ini bisa dijadikan tolok-ukur
perkembangan nilai dn norma kota Bekasi serta program yang tepat bagi
kenyamanan kota ini ke depan. Dengan begitu, kesesuaian program pemerintah kota
dengan kenyataan yang bergerak di masyarakat akan menjadi sebuah bangunan
keseimbangan pada kemajuan dan perkembangan, baik ekonomi atau pun teknologi
komunikasi. Bukankah mereka, para tokoh pejuang dulu itu, yang dengan titik
darah penghabisan telah memancangkan sikap dengan jalan berbuat dan bertindak serta
usaha mereka dalam memahami dan membuktikan keberadaan Bekasi begitu jaya di
wilayah Nusantara.
Selamat ulang taun kota Bekasi, selamat kepada Walikotanya
yang telah dilantik tepat di usia kota yang tengah meremaja. Ya, di usianya
yang ababil (ABG labil). Selamat bekerja demi kepentingan masyarakat yang tak
perlu ditanyakan lagi akan cinta mereka terhadap kota patriot ini.
berita / Mar. 03, 2013 / by redaksi / infosastra.com
OLEH: IRMAN SYAH, penyair |
Dialog budaya, pementasan monolog dan pertunjukan
musikalisasi puisi yang dilaksanakan Rabu malam, 27 Februari 2013, di
Laboratorium Teater Korek Universitas Islam 45 (Unisma) Bekasi, Jawa Barat,
telah usai. Banyak hal yang ditinggalkannya dan semua mengkristal jadi
kenangan, semangat dan kerja keras ke depan.
Pasar Malam
– Sastra Reboan akan meluncurkan buku kumpulan puisi “Cinta Gugat” di Warung
Apresiasi Bulungan, Blok M, Jakarta, Rabu, 30 Januari 2013 pukul 19.00. Buku
ini mengimpun puisi-puisi dari 108 penyair dari seluruh Indonesia, dari Aceh
sampai Papua.
Dialog Budaya, Pementasan Monolog dan
Pertunjukan Musikalisasi Puisi yang dilaksanakan Rabu 27 Februari 2013 (19.45 –
selesai), bertempat di Laboratorium Teater Korek unisma telah usai. Banyak hal
yang ditinggalkannya dan semua mengkristal jadi kenangan, semangat dan kerja
keras ke depan mesti dipanggul oleh kelompok komunitas seni untuk mengabarkannya
atas nama kraetivitas bersama nilai kebudayaan yang dikandungnya melalui media kesenian.
Komunitas Kalimalang akan menggelar perjamuan kebudayaan di Laboratorium Teater Korek Universitas Islam 45, Jalan Cut Meutia 83 Bekasi, Jawa Barat, Rabu, 27 Februari 2013 pukul 19.00. Kegiatan ini mengetengahkan panggung sastra, musik dan teater (monolog) serta ditutup dengan kongkow seni dan kebudayaan.
Pada sebuah kurun yang lama kehidupan masadepan manusia telah
dibaca. Para pendahulu kita melalui bahasa yang mencerminkan kebiasaan adat dan
budaya ternyata dengan telah sesungguhnya mengaca:melihat diri dari pecahannya yang terberai
oleh perkembangan kemajuan arus massa yang amat mengelora. Ketajaman rasa dan
pandangan itu seakan telah tercerna di ruang batin mereka begitu saja. Maka
terucaplah saja kata dengan ungkapannya, “Jalan
dialiah urang lalu, Cupak dialiah urang panggaleh”, ya (Ina) ”Jalan dialih
orang yang lalu, ukuran diganti oleh pedagang.”